Perjuangan dan usaha keras pasti membuahkan hasil memuaskan. Kekayaan yang didapat oleh orang-orang sukses di Indonesia dan dunia merupakan hasil dari kerja keras mereka yang tidak sebentar. Pasang surut dalam usahanya sudah menjadi hal yang wajar terjadi dan keterpurukan itu justru bisa membawa mereka ke level yang lebih tinggi.
Begitu juga dengan kekayaan yang didapat oleh 10 pengusaha Indonesia ini. Tidak jarang merekamesti mengalami banyak kegagalan dan harus kembali memulai dari awal. Siapa saja 10 orang tersebut dan bagaimana kisahnya? Yuk, simak artikel ini.
R. Budi dan Michael Hartono – Djarum Group
Tahun 1963, pabrik rokok kretek Djarum yang dibangun oleh Oei Wie Gwon habis terbakar dan perusahaan mengalami kerugian besar. Dalam keadaan yang tidak stabil ini, perusahaan Djarum diwariskan kepada dua anaknya, R. Budi dan Michael Hartono.
Di tangan Hartono bersaudara ini, Djarum tumbuh menjadi perusahaan besar di Indonesia dan mulai mengekspor rokok kreteknya ke luar negeri pada tahun 1972. Mereka juga tidak lupa berinovasi pada produknya dengan menghadirkan jenis rokok Djarum Filter dan Djarum Super. Keduanya pun laku keras di pasaran.
Kerajaan bisnis keluarga Hartono tidak hanya di bidang rokok saja. Di bawah Djarum Group, mereka melebarkan sayap ke bidang elektronik dengan memroduksi Polytron, membangun komplek bisnis di kawasan Hotel Indonesia, memiliki 51% saham Bank Central Asia (BCA), dan memiliki 65.000 hektar kebun kelapa sawit di Kalimantan Barat. Total kekayaan yang dimiliki oleh Hartono bersaudara ini mencapai USD 15.000 M, setara dengan 165 triliun rupiah.
Eka Tjipta Widjaja – Sinar Mas Group
Hanya menjadi lulusan sekolah dasar (SD) tidak membuat Eka Tjipta Widjaja patah semangat untuk memiliki kehidupan yang layak. Selepas tamat SD, ia memulai bisnis kecil dengan berjualan biskuit dan kembang gula. Namun sayang, bisnis kecil ini harus terhenti karena saat itu Indonesia tengah dijajah oleh Jepang.
Era Orde Baru menjadi awal kesuksesan Eka Tjipta dan kerajaan bisnisnya, Sinar Mas Group. Perusahaan awal Sinar Mas Group adalah PT Tjiwi Kimia yang bergerak di bidang produksi kertas. Kemudian dilanjutkan dengan membeli 10.000 hektar kebun kelapa sawit dan Bank Internasional Indonesia (BII) pada tahun 1982.
Era Orde Baru menjadi awal kesuksesan Eka Tjipta dan kerajaan bisnisnya, Sinar Mas Group. Perusahaan awal Sinar Mas Group adalah PT Tjiwi Kimia yang bergerak di bidang produksi kertas. Kemudian dilanjutkan dengan membeli 10.000 hektar kebun kelapa sawit dan Bank Internasional Indonesia (BII) pada tahun 1982.
Saat ini, usahanya telah berkembang pesat di berbagai bidang. Sinar Mas Group menaungi perusahaan Asuransi Sinar Mas, Sinar Mas Land, Sinar Mas Pulp dan Kertas, serta telekomunikasi Smartfren. Jaringan yang dimiliki juga telah meliputi beberapa kawasan di Asia Tenggara. Total kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Eka Tjipta Widjaja ini mencapai USD 7.000 M, setara dengan 77 triliun rupiah.
Anthoni Salim – Salim Group
Berasal dari keluarga mapan, bukan berarti usahanya berjalan tanpa halangan. Salim Group yang menaungi PT Indomobil Sukses Internasional, PT BCA, PT Indocement Tunggal Perkasa, PT Indofood Sukses Makmur, dan PT Bogasari Flour Mills mengalami krisis pada tahun 1998. Anthoni Salim yang telah diberi kuasa oleh ayahnya untuk memimpin Salim Group menjual 3 dari 5 perusahaannya untuk menutupi hutang sebesar 52 triliun rupiah.
Dua perusahaan yang tidak dijual oleh Anthoni adalah PT Indofood Sukses Makmur dan PT Bogasari Flour Mills, yang juga merupakan 2 perusahaan terbesar di grupnya. Kedua perusahaan tersebut merupakan salah satu penghasil mie instan dan pemasok bahan baku makanan instan terbesar di dunia. Produk yang dihasilkan antara lain Indomie, Supermie, Simas Margarin, tepung Segitiga Biru, tepung Kunci Biru, tepung Cakra Kembar, dan minyak goreng Bimoli.
Keuntungan yang didapat oleh Salim Group dari 2 perusahaan ini sangat besar dan membuatnya menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia dengan kekayaan sebesar USD 6.300 M, setara dengan 69,3 triliun rupiah.
Susilo Wonowidjojo – PT Gudang Garam
PT Gudang Garam yang saat ini dipimpin oleh Susilo Wonowidjojo merupakan perusahaan yang didirikan oleh sang ayah, Surya Wonowidjojo tahun 1958. Kesuksesan perusahaan ini tidak bisa dilepaskan dari cara Surya Wonowidjojo memperkenalkan bisnis pada anak-anaknya. Sejak remaja, Susilo telah dilibatkan dalam usaha keluarga ini, sebagai persiapan jika nantinya ia mendapat posisi yang lebih tinggi. Dan cara ini pun sukses menghasilkan perusahaan yang terorganisir dan terstruktur dengan baik.
Susilo Wonowidjojo dikenal sebagai orang yang adil, ulet, dan pekerja keras. Begitu adilnya hingga ia sangat selektif dalam memilih orang yang akan bekerja pada perusahaannya. Bahkan, anaknya sendiri pun jika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni, tidak akan diterima oleh perusahaannya.
Buah dari kerja keras memang tidak pernah sia-sia. Saat ini, Susilo Wonowidjojo didapuk sebagai orang terkaya keempat di Indonesia dengan kekayaan sebesar USD 5.300 M, setara dengan 58,3 triliun rupiah.
Chairul Tanjung – CT Corp
Kesuksesan sosok yang mendapat julukan “Si Anak Singkong” ini memang sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Chairul Tanjung memulai bisnisnya saat berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dengan membuka usaha fotokopi. Tak puas dengan itu, ia mulai merambah usaha konveksi, berjualan buku kuliah, membuka toko peralatan kedokteran dan laboratorium, hingga mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama rekannya. Namun, ternyata usahanya belum berhasil.
Setelah keluar dari PT Pariarti Shindutama, Chairul Tanjung membidik 3 bisnis inti untuk dijalankan, yaitu keuangan, properti, dan multimedia. Dari sini lah, ia mendirikan Para Grup, sekarang CT Corp, yang menaungi Mega Corpora, Trans Corp, dan PT CT Global Resource. CT Corp juga merupakan perusahaan yang membangun taman rekreasi indoor pertama di Indonesia, Trans Studio.
Saat ini, Chairul Tanjung tengah menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia menggantikan Hatta Rajasa. Total kekayaan yang dimiliki olehnya mencapai USD 4.000 M, setara dengan 44 triliun rupiah.
Sri Prakash Lohia – Indorama Corporation
Pria keturunan India ini memilih untuk menjadi warga negara Indonesia dan menjalankan bisnis sebagai Raja Tekstil Indonesia dengan Indorama Corporation yang didirikannya. Awalnya, Indorama merupakan perusahaan yang memproduksi benang tapi saat ini produksinya sudah berkembang hingga menghasilkan polypropylene, polyethylene, poliested, dan sarung tangan medis.
Sri Prakash mulai mengembangkan usahanya di bidang properti dengan nama Indorama Real Estate dan telah mengukuhkan nama perusahaannya di Bursa Efek Thailand. Total kekayaan Raja Tekstil Indonesia ini mencapai USD 3.700 M, setara dengan 40,7 triliun rupiah.
Boenjamin Setiawan – Kalbe Group
Boenjamin Setiawan yang merupakan lulusan kedokteran, memilih untuk mendalami ilmu farmakologi dan menjalankan bisnis farmasi Kalbe Group bersama 5 saudaranya. Kepandaiannya dalam meracik obat dengan baik dan dapat dijual dengan harga murah menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaannya. Tidak heran jika Kalbe Group menjadi yang terbesar di Indonesia.
Kalbe Group menaungi 3 perusahaan yang memperkuat posisinya di bidang farmasi, yaitu PT Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan PT Enseval Putra Megatrading. Ketiga perusahaan ini saling bekerja sama dalam penelitian, pengembangan, produksi, hingga distribusi. Boenjamin Setiawan memilih cara ini untuk menghasilkan produksi yang terkontrol dan efisien.
Penjualan Kalbe Group yang telah mencapai lebih dari 7 triliun rupiah, membawa sang pemilik menjadi orang terkaya ketujuh di Indonesia. Kekayaan yang dimilikinya sebesar USD 3.000 M, setara dengan 33 triliun rupiah.
Peter Sondakh – Bentoel dan Rajawali Group
Insting bisnis Peter Sondakh telah dimulai sejak masih muda. Saat berumur 24 tahun, beliau tercatat sebagai salah satu pemegang saham PT Bumi Modern. Setelah lulus dari Universitas La Salle, Peter mendirikan PT Rajawali Wira Bhakti Utama yang menjadi cikal bakal PT Grup Rajawali. Perusahaan ini baru dimiliki sepenuhnya oleh Peter pada tahun 1993 dan ia segera merintis TV Swasta pertama di Indonesia, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), bersama rekannya Bambang Trihatmodjo.
PT Grup Rajawali mengembangkan sayap bisnisnya dengan sangat luas ke berbagai bidang. Ada 5 sektor besar yang dipegangnya, yaitu pariwisata, telekomunikasi, perdagangan, keuangan, dan transportasi. Sayangnya, saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998 lalu, nama PT Grup Rajawali dan Peter Sondakh sempat tenggelam. Namun dengan usaha kerasnya, kesuksesan mulai mendatangi PT Grup Rajawali dan Peter kembali.
Saat ini, PT Grup Rajawali telah memiliki banyak anak perusahaan yang berkembang di 5 sektornya. Yang terkenal antara lain, Taksi Express, rokok Bentoel, dan Metro Department Store. Dengan semakin majunya PT Grup Rajawali, kekayaan Peter mencapai USD 2.700 M, setara dengan 29,7 triliun rupiah.
Keluarga Mochtar Riady – Lippo Group
Kehandalannya dalam bidang ekonomi dan perbankan, membuat Mochtar Riady dijuluki The Magic Man of Bank Marketing. Kemampuannya ini pula lah yang membuat Lippo Group menjadi salah satu perusahaan paling berpengaruh di bidang ekonomi.
Pada tahun 1981, Mochtar membeli Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning dan diganti namanya menjadi Bank Lippo. Sebelumnya, Mochtar juga menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong, pemilik Bank Central Asia dan Salim Group, untuk mengelola BCA karena kemahirannya dalam bidang perbankan. Selain bergerak di bidang perbankan, Lippo Group juga mengembangkan sayapnya ke bidang ritel dan properti. Matahari Department Store dan Lippo Karawaci adalah salah satu rintisan usahanya.
Bisnis Mochtar Riady telah menjangkau sampai ke negeri Cina dan saat ini dikelola oleh anaknya, James Riady. Kekayaan yang dimiliki Mochtar dari bisnisnya ini mencapai USD 2.500 M, setara dengan 27,5 triliun rupiah.
Sukanto Tanoto – Garuda Mas
Pada mulanya, Sukanto Tanoto adalah pemasok barang dan alat untuk Pertamina. Dari situ lah keinginannya untuk berbisnis semakin tinggi. Sukanto memulai bisnisnya dengan mendirikan perusahaan kertas bernama Asia Pacific Resources International Ltd. (APRIL), yang kemudian disusul dengan perusahaan kelapa sawit bernama Asian Agri. Kedua perusahaan ini menjadi usaha utama dari Grup Garuda Mas milik Sukanto dan telah menembus pasar luar negeri. Baik APRIL maupun Asian Agri, keduanya telah tercatat dalam Bursa Efek New York, yang mana tidak sembarang perusahaan bisa masuk.
Grup Garuda Mas semakin meluas dengan bergabungnya UniBank di sektor perbankan. UniBank diambil alih oleh Sukanto saat sedang mengalami krisi finansial. Sukanto juga telah menanamkan saham di perusahaan kelapa sawit internasional, yaitu National Development Corporation Guthrie di Filipina dan Electro Magnetic di Singapura.
Grup Garuda Mas semakin meluas dengan bergabungnya UniBank di sektor perbankan. UniBank diambil alih oleh Sukanto saat sedang mengalami krisi finansial. Sukanto juga telah menanamkan saham di perusahaan kelapa sawit internasional, yaitu National Development Corporation Guthrie di Filipina dan Electro Magnetic di Singapura.
Kekayaan yang dimiliki oleh Sukanto Tanoto saat ini mencapai USD 2.300 M, setara dengan 28,3 triliun rupiah.
“ Kekayaan yang mereka miliki memang fantastis. Tapi, bukan untuk menimbulkan perasaan iri, ya. Jadikan perjalanan hidup dan kesuksesan 10 orang di atas sebagai motivasi supaya kamu pun bisa sukses seperti mereka. Selamat menjadi sukses! “
No comments :
Post a Comment